Sabtu, 25 Juli 2009

Program Sosialisasi SMK Masih Minim

BANDUNG, (PRLM).- Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung dinilai minim melakukan sosialisasi tentang sekolah menengah kejuruan (SMK) . Semestinya, mulai dari jenjang sekolah menengah pertama (SMP), keberadaan SMK harus diperkenalkan secara luas. Padahal, sejak awal Disdik dibebani target mewujudkan Kota Bandung sebagai kota pendidikan kejuruan (vokasional).

Demikian disampaikan Ketua Lembaga Advokasi Pendidikan Dan Satriana, menanggapi masih banyaknya kursi SMK yang tidak terisi pada pada tahun ajaran sekarang. Sebagaimana diberitakan sebelumnya jumlah kursi kosong tidak kurang dari 6.000 dari total 29.000 kursi yang disediakan.

Menurut Dan, Disdik cenderung hanya mengurusi program-program penambahan jumlah daya tampung, berupa peningkatan jumlah sekolah atau jurusan. Pola kebijakan pengembangan pendidikan kejuruan juga masih parsial.

"Tingkat penjaringan siswa SMK belum optimal karena ketiadaan program yang terpadu. Siswa baru SMK itu berasal dari SMP. Sejauh ini, jenjang di bawah tersebut yang belum digarap maksimal. Masyarakat baru tahu SMK dari televisi saja. Kehadiran nyatanya belum ada," kata Dan Satriana.

Belum maksimalnya sosialisasi SMK di jenjang SMP, menurut Dan, mencerminkan belum adanya pola kebijakan yang terpadu. Kedua jenjang tersebut seolah masih berjalan sendiri-sendiri dengan programnya masing-masing. Dengan hanya mengandalkan program-program penambahan daya tampung, sulit diharapkan hasil maksimal. Belum terujinya kualitas SMK-SMK baru, juga menjadi pertimbangan masyarakat menyekolahkan anak-anak mereka.

Dan menambahkan, pemberian prioritas pada program-program penambahan daya tampung tanpa diimbangi peningkatan kualitas layanan, berpotensi menjadi bumerang. Masyarakat didorong masuk ke SMK, tetapi penjaminan kualitas tidak ada. "Oleh karena itu, segera buat standar minimal layanan pendidikan. Selama ini kita belum memiliki standar seperti ini sehingga sulit untuk membicarakan soal kualitas pendidikan," ucapnya.

Kadisdik Kota Bandung Oji Mahroji menepis pendapat tersebut. Menurut dia, salah satu sebab masih banyaknya kursi SMK yang kosong adalah belum meratanya sebaran lokasi SMK. Sebagian besar SMK, baik negeri maupun swasta, bertumpuk di wilayah selatan dan timur Kota Bandung. Sebaliknya, daerah utara belum memiliki jumlah SMK yang cukup.

Di wilayah timur, terdapat SMK Negeri 3, 4, 6, 7, 8, 9, dan 13. Sementara di daerah selatan, terdapat SMKN 10 dan 14. Di utara, praktis belum ada SMKN yang ada untuk mengakomodasi minat bersekolah masyarakat di sekitaran daerah tersebut.

Dengan kondisi seperti itu, kata Oji, program penambahan jumlah SMK di daerah utara masih diperlukan, khususnya mendorong berdirinya SMK swasta. Mulai tahun ini, Disdik berencana membangun satu SMKN baru di kawasan utara. "Dengan persebaran yang makin merata, diharapkan minat masyarakat masuk SMK bertambah besar," ucapnya. (A-165/A-147)***

Sumber : Pikiran Rakyat

0 komentar: